Translate

Rabu, 27 Maret 2013

Dulu Phobia Sayur, Sekarang Jadi Vegan, Bisa?

Dulu Phobia Sayur, Sekarang Jadi Vegan, Bisa?

Dulu Phobia Sayur, Sekarang Jadi Vegan, Bisa? 
Ingin tahu lebih banyak tentang vegetarian, pun berbincang-bincang dengan fashion blogger yang sudah menjadi seorang vegan selama 7 tahun. Adalah Tria Zaluska yang akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang vegetarian setelah bosan sering bermasalah dengan kesehatannya.
Hanya 3 bulan menjalani hidup sebagai seorang vegetarian, Tria pun kemudian memutuskan untuk total dan menjalani hidup sebagai seorang vegan. "Awal saya menjadi vegetarian karena masalah kesehatan, saya gampang sakit-sakitan. Tiga bulan menjadi vegetarian ternyata tidak susah dan efeknya sangat terasa. Kemudian saya berpikir kenapa tidak sekalian menjadi vegan saja," ujar Tria pada FIMELA.com.
"Kendala yang saya hadapi saat akan menjadi seorang vegetarian adalah saya harus mengatasi phobia sayur yang saya alami sejak kecil."Setelah menjalani hidup sebagai seorang vegan, Tria banyak merasakan dampak positif pada kesehatannya. Yang awalnya mudah capek, sakit, dan muntah karena alergi, kini Tria merasa daya tahan tubuhnya lebih kuat.
Ternyata, untuk menjadi seorang vegetarian, Tria harus menaklukan phobia yang dideritanya sejak kelas 1 SD. Ya, Tria menderita phobia sayur sejak kecil. Dan menjadi seorang vegan tentu bukan perkara mudah karena justru sayuran adalah makanan utama para vegetarian. "Kendala yang saya hadapi saat akan menjadi seorang vegetarian adalah saya harus mengatasi phobia sayur yang saya alami sejak kecil. Dan jujur, pada waktu itu saya takut akan tambah sakit karena berhenti mengonsumsi daging," Tria bercerita.
Tria menderita phobia sayur setelah keracunan sayur sop saat ia masih duduk di bangku kelas 1 SD. Phobia sayur yang dialaminya bukanlah phobia ringan. Tria mengaku dia bisa tiba-tiba pusing dan merasa lemas seolah akan pingsan saat melihat satu piring salad dihadapannya.
Namun, tekadnya yang kuat untuk menjadi seorang vegetarian membuat Tria bisa menyiasati dan mengalahkan phobia sayur yang dideritanya. "Pada awalnya saya memberanikan diri untuk bisa melihat sayur. Kemudian coba memakan sayur dengan dicampur daging, lalu lama-kelamaan saya bisa makan sayur tanpa disertai daging dan sudah tidak takut lagi pada sayur," ujar Tria sambil tertawa.
Sebagai satu-satunya yang menjalani hidup sebagai seorang vegan di rumah, ternyata tidak membuat Tria mengalami kesulitan. Untuk konsumsi sehari-hari, makanan untuk Tria pun dimasak secara terpisah. Tidak hanya itu, banyaknya produk vegetarian yang sudah masuk ke Indonesia tentunya akan semakin mempermudah kaum vegetarian dan vegan dalam memilah-milih variasi "Vegan bukan hanya berbicara soal pola makan yang bebas dari produk hewani, tetapi sudah merambah ke lifestyle and way of life."makanan. “Untuk menu harian yang dimasak bisa bermacam-macam, misalnya saja Sayur Asem, Sate Jamur, Tumis Kangkung, Rendang Vegetarian, atau Spaghetti Vegan. Kalau jalan-jalan ke mall, saya akan mencari resto yang menyediakan menu sayur dengan catatan tertentu pastinya. Loving Hut dan Dharma Kitchen adalah contoh resto vegetarian yang suka saya kunjungi. Kalau memang saat jalan-jalan saya tidak menemukan makanan vegetarian, saya lebih baik tidak makan apa-apa daripada puasa saya selama 7 tahun rusak,” Tria kembali tertawa.
Menjalani hidup sebagai seorang vegan artinya bukan hanya terputus dari produk hewani lewat pola makan, tapi juga sudah menjalani gaya hidup bebas hewani. "Vegan bukan hanya berbicara soal pola makan yang bebas dari produk hewani, tetapi sudah merambah ke lifestyle and way of life. Saat ini saya juga sudah tidak menggunakan semua produk yang terbuat dari kulit, bulu, apapun yang berkaitan dengan hewan," tuturnya.
So, bagaimana dengan kamu, Fimelova? Apakah kamu siap jika suatu saat harus lepas dari berbagai produk hewani?

sumber 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar