Translate

Minggu, 07 April 2013

Studi Ilmiah Terhadap Kecanduan Seks

VIVAnews - Kegiatan seksual memang menjadi jawaban untuk menemukan kenikmatan, sebagian besar dari kita merasakan lebih rileks setelah melakukannya. Namun, bagaimana jika aktifitas ini kemudian menjurus pada sifat addicted atau mencandu.
Seperti ditulis handbag, sebenarnya kesenangan berlebih terhadap seks ini dapat disembuhkan melalui terapi yang secara keilmuan bisa dipertanggungjawabkan. Seorang aktor Hollywood juga diberitakan masuk ke klini rehabilitasi seks untuk menormalkan kembali prilaku seksualnya. Di klinik itulah mereka diberi terapi dari berbagai keilmuan.
Sex addiction ini didefinisikan sebagai prilaku kompulsif seksual yang tidak dalam batas normal, biasanya jika kebutuhannya tidak terpenuhi akan mengakibatkan stress pada dirinya. Mereka juga sangat mengganggu lingkungan terdekatnya.
Gangguan ini bisa berupa tindakan exibisionis, voyeurism, pornografi, penyaluran seks melalui telepon, pengucapan kata- kata tidak senonoh di telepon sebagai media untuk mendapatkan kepuasan, seringnya mengunjungi tempat prostitusi, dan frekuensi masturbasi melebihi kebiasaan normal.
Pada orang- orang yang mengalami ini, seks menjadi lebih penting dari pada pekerjaan ataupun kehidupan sosialnya. Siapapun dapat mengalami gangguan seperti ini. Biasanya pada masa kecilnya mereka mengalami pelecehan secara seksual, ataupun tertekan karena kejadian seksual.
Di Amerika, tercatat bahwa 20 persen penderitanya adalah kaum wanita. Kebanyakan dari mereka yang mengalami kecanduan terhadap seks ini juga diikuti dengan kecanduan lainnya seperti alkohol, narkoba, judi, atau kegiatan- kegiatan pesta.
Seperti prilaku adiktif lainnya, orang – orang ini juga akan mengabaikan resiko yang mengikutinya. Selain risiko kehilangan teman, keluarga dan pekerjaan, resiko kesehatan menjadi hal yang sangat berbahaya, penularan HIV misalnya.
Pada beberapa klinik di Amerika, diagnosa prilaku seks adiktif ini dapat diketahui melalui pendekatan mental yang dilakukan oleh ahli kesehatan mental, pemeriksaan ini kemudian dilanjutkan dengan tes secreening.
Banyak juga para penderita yang menyadari gangguan yang ada dalam dirinya. Namun kebanyakan dari mereka masih malu untuk mengungkapkan atau memeriksakan diri ke psikolog. Seringkali mereka berusaha keras untuk mengurangi atau menghentikan prilaku kompulsif ini, namun justru emosionalnya menjadi tidak stabil. Efek buruknya justru akan beralih pada alkohol dan narkotika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar