VIVAnews
- Kegiatan seksual memang menjadi jawaban untuk menemukan kenikmatan,
sebagian besar dari kita merasakan lebih rileks setelah melakukannya.
Namun, bagaimana jika aktifitas ini kemudian menjurus pada sifat
addicted atau mencandu.
Seperti ditulis handbag,
sebenarnya kesenangan berlebih terhadap seks ini dapat disembuhkan
melalui terapi yang secara keilmuan bisa dipertanggungjawabkan. Seorang
aktor Hollywood juga diberitakan masuk ke klini rehabilitasi seks untuk
menormalkan kembali prilaku seksualnya. Di klinik itulah mereka diberi
terapi dari berbagai keilmuan.
Sex addiction
ini didefinisikan sebagai prilaku kompulsif seksual yang tidak dalam
batas normal, biasanya jika kebutuhannya tidak terpenuhi akan
mengakibatkan stress pada dirinya. Mereka juga sangat mengganggu
lingkungan terdekatnya.
Gangguan ini bisa berupa tindakan exibisionis, voyeurism,
pornografi, penyaluran seks melalui telepon, pengucapan kata- kata
tidak senonoh di telepon sebagai media untuk mendapatkan kepuasan,
seringnya mengunjungi tempat prostitusi, dan frekuensi masturbasi
melebihi kebiasaan normal.
Pada orang- orang yang
mengalami ini, seks menjadi lebih penting dari pada pekerjaan ataupun
kehidupan sosialnya. Siapapun dapat mengalami gangguan seperti ini.
Biasanya pada masa kecilnya mereka mengalami pelecehan secara seksual,
ataupun tertekan karena kejadian seksual.
Di Amerika, tercatat
bahwa 20 persen penderitanya adalah kaum wanita. Kebanyakan dari mereka
yang mengalami kecanduan terhadap seks ini juga diikuti dengan kecanduan
lainnya seperti alkohol, narkoba, judi, atau kegiatan- kegiatan pesta.
Seperti prilaku adiktif
lainnya, orang – orang ini juga akan mengabaikan resiko yang
mengikutinya. Selain risiko kehilangan teman, keluarga dan pekerjaan,
resiko kesehatan menjadi hal yang sangat berbahaya, penularan HIV
misalnya.
Pada beberapa klinik di
Amerika, diagnosa prilaku seks adiktif ini dapat diketahui melalui
pendekatan mental yang dilakukan oleh ahli kesehatan mental, pemeriksaan
ini kemudian dilanjutkan dengan tes secreening.
Banyak juga para
penderita yang menyadari gangguan yang ada dalam dirinya. Namun
kebanyakan dari mereka masih malu untuk mengungkapkan atau memeriksakan
diri ke psikolog. Seringkali mereka berusaha keras untuk mengurangi atau
menghentikan prilaku kompulsif ini, namun justru emosionalnya menjadi
tidak stabil. Efek buruknya justru akan beralih pada alkohol dan
narkotika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar